Profil Penulis Novel Supernova,
Dewi Lestari
Dewi Lestari Simangunsong akrab dengan nama Dewi Lestari, lahir di Bandung,
20 Januari 1976. Dee, demikian biasa dipanggil, adalah seorang penulis dan
penyanyi pop. Anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan
Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm) ini, sejak kecil telah akrab dengan
musik. Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang belajar piano secara otodidak.
Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan Bandung yang lebih akrab dipanggil Dee ini, sempat menjadi istri dari penyanyi R&B, Marcellius Siahaan. Dari perkawinannya dengan Marcell, penganut vegetarian ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama Keenan Sidharta.
Pada bulan Juli 2008, Dee dan Marcell mengejutkan dunia entertaint tanah air dengan berita perceraian mereka. Dee mengajukan gugatan cerainya di Pengadilan Agama Bandung. Pasangan ini mengakui kalau sebenarnya keputusan berpisah ini sudah mereka pertimbangkan selama dua tahun sebelum pengajuan gugatan. Akhirnya, September 2008 pasangan ini resmi bercerai.
Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan Bandung yang lebih akrab dipanggil Dee ini, sempat menjadi istri dari penyanyi R&B, Marcellius Siahaan. Dari perkawinannya dengan Marcell, penganut vegetarian ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama Keenan Sidharta.
Pada bulan Juli 2008, Dee dan Marcell mengejutkan dunia entertaint tanah air dengan berita perceraian mereka. Dee mengajukan gugatan cerainya di Pengadilan Agama Bandung. Pasangan ini mengakui kalau sebenarnya keputusan berpisah ini sudah mereka pertimbangkan selama dua tahun sebelum pengajuan gugatan. Akhirnya, September 2008 pasangan ini resmi bercerai.
Awalnya, Dee dikenal sebagai anggota trio vokal Rida
Sita Dewi. Sebelum bergabung dengan Rida Sita Dewi (RSD), dia juga pernah
menjadi backing vocal untuk Iwa K, Java Jive dan Chrisye. Sekitar bulan Mei
1994, ia bersama Rida Farida dan Indah Sita Nursanti bergabung membentuk trio
Rida Sita Dewi (RSD) atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian.
Novel
“Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, itu diluncurkan 16 Februari
2001 di Taman Komponis
Ismail Marzuki, Jakarta. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta.
Ismail Marzuki, Jakarta. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta.
Tak banyak yang tahu bahwa sebelum ia banyak dibicarakan orang karena
novelnya Supernova, ternyata cerpen Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah
satu cerpennya berjudul Sikat Gigi pernah dimuat di buletin seni terbitan
Bandung, Jendela Newsletter.
Dalam memasarkan “Supernova Satu”, Dee merogoh kocek dan tabungannya sendiri lalu membentuk penerbit bernama Truedee Books. Alasan ia memilih merangkap menjadi penerbit selain menjadi penulis karena ia tidak ingin naskahnya diedit oleh penerbit apalagi ia sempat beberapa kali ditolak oleh beberapa percetakan.
Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.
Sukses dengan novel “Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, bagian pertama “Supernova Dua” (Supernova 2.1) berjudul Akar sudah lepas ke pasaran pada 16 Oktober 2002 di 20 kota utama Indonesia. Novel Supernova 2.1 sempat mendapat protes keras dari kalangan umat Hindu karena dianggap melecehkan lambang keagamaan Hindu - lewat surat tertanggal Bali, 26 Februari 2003 yang diatasnamakan Ketua Umum DPP FIMHD AA Ngrh Arya Wedakarna MWS dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Intelektual Muda (FIMHD) Hindu Dharma yang berkedudukan di Bali.
Dalam memasarkan Supernova 2.1 Akar, ibu dari Keenan Sidharta ini memilih tidak lagi memasarkan 'sendirian' bukunya dengan menjalin kerjasama dengan BArK Communication, suatu perusahaan penerbitan yang sekaligus perusahaan promosi.
Prioritas pertama Dee adalah memanfaatkan keunggulan internet dengan membuka sebuah website beralamat www.truedee.net (situs sudah tidak aktif, red). Lewat situs ini pengunjung bisa membeli Supernova 2.1 Akar. Lewat media ini, ia juga sempat mengundang 50 pembeli untuk menghadiri perayaan ulang tahunnya. Prioritas kedua adalah menggunakan strategi penjualan langsung misalnya mengadakan diskusi buku dan temu pengarang di berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI).
Pada Januari 2005, Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya dengan memasukkan 4 tokoh baru. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.
Lama tidak menghasilkan karya, pada Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya berjudul Rectoverso yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku Rectoverso terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya.
Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Novel ini kemudian dituangkan dalam bentuk film dan ditayangkan di bioskop di seluruh Indonesia pada pertengahan Agustus 2012. Film ini dibintangi oleh Maudy Ayunda dan Adipati Dolken sebagai pemeran utama.
Dalam memasarkan “Supernova Satu”, Dee merogoh kocek dan tabungannya sendiri lalu membentuk penerbit bernama Truedee Books. Alasan ia memilih merangkap menjadi penerbit selain menjadi penulis karena ia tidak ingin naskahnya diedit oleh penerbit apalagi ia sempat beberapa kali ditolak oleh beberapa percetakan.
Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.
Sukses dengan novel “Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, bagian pertama “Supernova Dua” (Supernova 2.1) berjudul Akar sudah lepas ke pasaran pada 16 Oktober 2002 di 20 kota utama Indonesia. Novel Supernova 2.1 sempat mendapat protes keras dari kalangan umat Hindu karena dianggap melecehkan lambang keagamaan Hindu - lewat surat tertanggal Bali, 26 Februari 2003 yang diatasnamakan Ketua Umum DPP FIMHD AA Ngrh Arya Wedakarna MWS dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Intelektual Muda (FIMHD) Hindu Dharma yang berkedudukan di Bali.
Dalam memasarkan Supernova 2.1 Akar, ibu dari Keenan Sidharta ini memilih tidak lagi memasarkan 'sendirian' bukunya dengan menjalin kerjasama dengan BArK Communication, suatu perusahaan penerbitan yang sekaligus perusahaan promosi.
Prioritas pertama Dee adalah memanfaatkan keunggulan internet dengan membuka sebuah website beralamat www.truedee.net (situs sudah tidak aktif, red). Lewat situs ini pengunjung bisa membeli Supernova 2.1 Akar. Lewat media ini, ia juga sempat mengundang 50 pembeli untuk menghadiri perayaan ulang tahunnya. Prioritas kedua adalah menggunakan strategi penjualan langsung misalnya mengadakan diskusi buku dan temu pengarang di berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI).
Pada Januari 2005, Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya dengan memasukkan 4 tokoh baru. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.
Lama tidak menghasilkan karya, pada Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya berjudul Rectoverso yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku Rectoverso terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya.
Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Novel ini kemudian dituangkan dalam bentuk film dan ditayangkan di bioskop di seluruh Indonesia pada pertengahan Agustus 2012. Film ini dibintangi oleh Maudy Ayunda dan Adipati Dolken sebagai pemeran utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar